Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Sarolangun, bermula dari Madrasah Ibtidaiyah Swasta Hidayatul Mubtadi’in, yang beralamat di Desa Siliwangi Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun. Para pendiri MIS Hidayatul Mubtadi’in ini, adalah mereka yang memiliki visi dan misi yang sama dalam usaha mengembangkan pendidikan keagamaan yang benar-benar diakui oleh pemerintah, karena pada saat itu MIS Hidayatul Mubtadi’in adalah satu-satunya madrasah yang dilaksaanakan pembelajarannya pagi hari (murni), hal ini berbeda dengan madrasah-madrasah lainnya yang banyak menyebar di Kecamatan Pelawan Singkut pada sa’at itu, dimana siswa-siswinya adalah murid sekolah dasar di sekitar madrasah-madrasah swasta tersebut.
Disamping visi dan misi yang utama yaitu terlaksananya pendidikan keagamaam/madrasah yang diakui oleh pemerintah, ada misi yang juga tidak kalah penting bahkan bisa dikatakan utama, yaitu dari segi penyebaran agama, ternyata lokasi Madrasah Ibtidaiyah Swasta Hidayatul Mubtadi’in ini dikelilingi oleh lima gereja, yang tentunya juga dengan jumlah penduduk non muslim yang banyak, dan mereka para pendidiri madrasah ini tahu bahwa misi mereka para pemuka agama non muslim itu salah satunya adalah menyebarkan agama yang mereka anut tersebut, maka dengan kenyatan inilah mereka para pendiri terus berjuang tanpa henti dengan berbagai usaha, do’a dan bahkan dana yang tidak terhitung lagi dalam usahanya menjadikan Madrasah Ibtidaiyah Swasta Hidayatul Mubtadi’in ini terus eksis diamasa-masa yang akan datang. Usaha pengusulan penegerian dilakukan beberapa kali mereka lakukan, bukan ke Sarolangun sebagai ibukota Kabupaten kita tercinta ini, tapi waktu itu pengurusannya masih ke Departemen Agama Kabupaten Sarko. Hal ini mereka lakukan dengan beberapa alasan yang sangat mendesak untuk segeranya MIS Hidayatul Mubtadi’in ini menjadi Madrasah Negeri, diantaranya dikarena tenaga pendidik yang dituntut lebih propesional, karena pada waktu itu hanya tenaga sukarela yang tidak memiliki pengakuan dari pendidikan dikarenakan ijazah mereka hanya tamatan Sekolah Dasar, bahkan ada yang hanya tamatan pondok pesantren, sementara tuntutan sistem, strategi, dan model pembelajaran harus terus dikembangkan, ditingkatkan, dan hal itu tentunya dibutuhkan tenaga ahli yang dalam hal ini adalah lulusan keguruan, baik Sekolah Guru Agama setingkat SPG, PGA dan SGO bahkan yang diharapkan adalah Sarjana Pendidikan (S.Pd) atau juga Sarjana Agama (S.Ag). Dan hal lain yang juga merupakan kendala yang tidak bisa dibiarkan berlarut-larut dikarena jika tertinggal selangkah, maka bisa saja korban akidah akan bertambah karena begitu kuatnya pengaruh mereka atas keyakinan yang dianut oleh kebanyakan masyarakat di sana, yaitu masalah pendanaan operasional madrasah yang diketahui dari data ekonomi desa tersebut kebanyakan orang tua dari pada siswa yang sekolah di madrasah tersebut adalah merantau dengan tarap ekonomi yang rendah, berbeda dengan wilayah lainnya yang sudah memiliki penghasilan dari getah karet, hal ini dikarenakan stuktur tanah di wilayah ini adalah tanah gambut yang sangat sulit dalam penyesuaian tanaman yang pantas dibudidayakan diatasnya.
Dengan beberapa alasan yang begitu komplek tersebut, maka usaha terus menerus dari pengurus yayasan terus dilakunan agar secepatnya penegerian madrasah tersebut cepat terlaksana, dan Alhamdulillah berkat usaha yang gigih dari mereka para pengurus dan juga karunia/rahmat Allah Subhanahuwataa’ala, maka pada tahun 2003 penegreian MIS Hidayatul Mubtadi’in bisa diterealisir dengan SK : Nomor : M.e-10/3/PP.00/795/2003 tanggal 05 Agustus 2003 dengan nomor Izin : M.e-10/3/PP.00/2003 tanggal 05 Agustus 2003.
Setelah penegerian tersebut, apa yang dicita-citakan oleh semua pengurus yayasan dan seluruh warga masyarakat Siliwangi, terutama orang tua siswa madrasah tersebut benar adanya, karena dengan penegerian tersebut Kementerian Agama dalam hal ini Kementerian Agama Kabupaten Sarolangun menugaskan pegawai negeri dilingkungannya untuk ditugaskan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri yang baru tersebut, yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Pelawan Singkut, dimana Kepala Madrasah pertamanya adalah Bapak Hendra, S.Ag dibantu dengan 5 (lima) orang guru negeri dan satu tenaga tata usaha. Dan hal ini berlanjut sampai sekarang, dan tentunya sudah mengalami beberapa pergantian Kepala Madrasah, denga prestasi yang berbeda tapi yang sama dalam tujuan meningkatkan mutu/kualitas dan kuantitas/jumlah siswa di MIN Pelawan Singkut tersebut, tetapi dari semua pimpinan yang sudah menjabat sebagai Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Pelawan Singkut luar biasanya memiliki visi dan misi yang sama dalam menghadapai tantangan pendidikan dan juga membentengi akidah dari usaha usaha non muslim yang juga tentunya tidak pernah diam dan padam dalam melancarkan misi meraka tersebut.
Dalam hal ini peranan Komite Madrasah juga memiliki peranan yang sangat fital, sebab dengan adanya komite madrasah ini, visi dan misi bahkan sejarah awal keberadaan MIN Pelawan Singkut ini senantisa disosialisasikan baik kepada Kepala Madrasah baru, atau kepada siapapun yang ada hubungan secara administrasi dan pemerintahan, sehingga misi awal tidak pernah berubah, pun sampai saat ini juga. Dan ini juga dibuktikan dengan sumbang sih komite sekolah yang saat ini diketuai oleh Bapak H. Enjuk Mustopa memberikan kontribusi yang luar biasa besar terhadap perkembangan MIN Pelawan Singkut yang sekarang sudah mulai tersiar keberhasilannya dalam menyukseskan tujuan Pendidikan Nasional dan dalam melaksanakan program pemerintah setempat, ini dibuktikan dari segi jumlah kepemilikan tanah dan bangunan yang ada di atasnya, hampir mendekati 100% tanah yang digunakan untuk pembangun MIN Pelawan Singkut ini dalah hasil swadaya dan infak dari warga masyarakat sekitar yang dikelola oleh pengurus Komite Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pelawan Singkut tersebut.
Akhirnya pada tahun 2018 MIN Pelawan Singkut berubah nama sesuai SK Kementerian Agama menjadi MIN 2 Sarolangun.